Hasan Hasbulah | 1111001009
Alasan mengapa banyak Negara – Negara didunia yang mengikuti
apa yang dilakukan (style) Negara barat adalah, karena mereka (Negara barat)
memiliki power. Semakin besar power yang dimiliki maka pengaruh (influence)
yang diberikan kepada orang lain akan semakin kuat. Setiap leader pasti
memiliki powernya masing – masing dengan model yang berbeda memang, namun
dengan tujuan yang sama, yaitu membuat orang lain setia ‘mengikutinya’. Namun
apakah dengan power yang besar dari para leader tersebut maka apa yang
dilakukan oleh leader selalu benar?. Definisi ‘benar’ itu relative, tergantung
darimana sudut pandang kita menyikapinya, dalam kasus tersebut maka jawabannya
adalah ‘iya’, didalam suatu kelompok baik itu kelompok agama, teroris, geng
motor, polisi dll selama leader masih memiliki anggota, maka segala tindakan
leader tersebut dikatakan benar oleh kelompoknya tersebut, namun belum tentu
oleh kelompok yang lain.
Dalam beberapa hal, Indonesia merupakan salah satu Negara
‘pengikut’ Negara – Negara lain yang memiliki power. Dan disadari atau tidak,
sedikit demi sedikit pengaruh dari Negara – Negara yang memiliki power tersebut
merambah masuk ke Indonesia. Tidak buruk memang
untuk menerima pengaruh dari Negara lain asalkan masih dalam batasan
tertentu. Maksudnya disini adalah sebatas hanya mengambil nilai - nilai yang baik dari luar untuk
mengembangkan apa yang sudah kita punya, bukan mengambil segalanya dan
melupakan nilai – nilai dasar / identitas Negara kita sendiri. Bagaimana
caranya, agar Indonesia keluar sebagai ‘follower’ dan menjadi leader bagi
Negara lain?
Sebenarnya itu adalah tugas kita para generasi penerus
bangsa, para future leaders. Sebagai dasar, Kita harus mengembangkan social
power dan influence model yang ada dalam diri kita dan pahami jenis – jenis
power itu sendiri. French dan Raven pernah mengatakan bahwa power itu ada 6
jenis, yaitu expert power, referent power, legitimate power, reward power,
coercive power, informational power. Mengerti semua jenis power tersebut untuk
mengetahui bagaimana cara menghadapi berbagai situasi yang berbeda dalam setiap
masalah yang akan dihadapi untuk dapat ‘membawa’ orang lain ke jalan dimana
seharusnya kita berjalan.
Meskipun power merupakan salah satu factor penting, namun
ketika telah menjadi leadar janganlah menggunakan power yang dimiliki secara
berlebihan, artinya disini adalah jangan lah terperdaya oleh kekuatan dan
kekuasaan yang kita miliki, sehingga kita merasa bahwa segalanya milik diri
kita sendiri. Seorang leader yang pola pikirnya telah berubah seperti itu, akan
melakukan segalanya semata – mata hanya untuk kepentingan pribadi. Sosok leader
yang seperti ini bukanlah seorang great leader yang diharapkan bangsa, lambat
laun pasti kekuasannya akan di hancurkan oleh para anggotanya sendiri. Tetaplah
berfikir bahwa apa yang kita lakukan adalah dari, untuk dan mereka (anggota,
rakyat). Dalam hal ini Barrack Obama pernah mengatakan bahwa “This campaign can’t
only be about me. It must be about us—it must be about what we can do
together”.
No comments:
Post a Comment