Wednesday, 29 May 2013

Power with, not power over




Hasan Hasbulah | 1111001009

Alasan mengapa banyak Negara – Negara didunia yang mengikuti apa yang dilakukan (style) Negara barat adalah, karena mereka (Negara barat) memiliki power. Semakin besar power yang dimiliki maka pengaruh (influence) yang diberikan kepada orang lain akan semakin kuat. Setiap leader pasti memiliki powernya masing – masing dengan model yang berbeda memang, namun dengan tujuan yang sama, yaitu membuat orang lain setia ‘mengikutinya’. Namun apakah dengan power yang besar dari para leader tersebut maka apa yang dilakukan oleh leader selalu benar?. Definisi ‘benar’ itu relative, tergantung darimana sudut pandang kita menyikapinya, dalam kasus tersebut maka jawabannya adalah ‘iya’, didalam suatu kelompok baik itu kelompok agama, teroris, geng motor, polisi dll selama leader masih memiliki anggota, maka segala tindakan leader tersebut dikatakan benar oleh kelompoknya tersebut, namun belum tentu oleh kelompok yang lain.
Dalam beberapa hal, Indonesia merupakan salah satu Negara ‘pengikut’ Negara – Negara lain yang memiliki power. Dan disadari atau tidak, sedikit demi sedikit pengaruh dari Negara – Negara yang memiliki power tersebut merambah masuk ke Indonesia. Tidak buruk memang  untuk menerima pengaruh dari Negara lain asalkan masih dalam batasan tertentu. Maksudnya disini adalah sebatas hanya mengambil nilai  - nilai yang baik dari luar untuk mengembangkan apa yang sudah kita punya, bukan mengambil segalanya dan melupakan nilai – nilai dasar / identitas Negara kita sendiri. Bagaimana caranya, agar Indonesia keluar sebagai ‘follower’ dan menjadi leader bagi Negara lain?
Sebenarnya itu adalah tugas kita para generasi penerus bangsa, para future leaders. Sebagai dasar, Kita harus mengembangkan social power dan influence model yang ada dalam diri kita dan pahami jenis – jenis power itu sendiri. French dan Raven pernah mengatakan bahwa power itu ada 6 jenis, yaitu expert power, referent power, legitimate power, reward power, coercive power, informational power. Mengerti semua jenis power tersebut untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi berbagai situasi yang berbeda dalam setiap masalah yang akan dihadapi untuk dapat ‘membawa’ orang lain ke jalan dimana seharusnya kita berjalan.
Meskipun power merupakan salah satu factor penting, namun ketika telah menjadi leadar janganlah menggunakan power yang dimiliki secara berlebihan, artinya disini adalah jangan lah terperdaya oleh kekuatan dan kekuasaan yang kita miliki, sehingga kita merasa bahwa segalanya milik diri kita sendiri. Seorang leader yang pola pikirnya telah berubah seperti itu, akan melakukan segalanya semata – mata hanya untuk kepentingan pribadi. Sosok leader yang seperti ini bukanlah seorang great leader yang diharapkan bangsa, lambat laun pasti kekuasannya akan di hancurkan oleh para anggotanya sendiri. Tetaplah berfikir bahwa apa yang kita lakukan adalah dari, untuk dan mereka (anggota, rakyat). Dalam hal ini Barrack Obama pernah mengatakan bahwa “This campaign can’t only be about me. It must be about us—it must be about what we can do together”.

No comments:

Post a Comment