Triandi Sunarya
Setiap sumber daya manusia dan sumber daya alam yang
dimiliki oleh suatu negara adalah berbeda-beda. Tentunya suatu sumber daya
memiliki kelebihan dan kekuranganya masing-masing. Yang membedakanya adalah
kuantitas dan kualitas dari sumber daya tersebut. Namun kita tidak dapat
mengatakan begitu saja bahwa suatu sumber daya lebih baik dari pada sumber daya
yang lain. Sayangnya nilai-nilai bahwa suatu sumber daya lain lebih baik dapat
dengan mudah ditanamkan oleh negara asing ke dalam pandangan bangsa indonesia.
Bak propaganda melalui media massa,elektronik,film,internet dan media-media
lainya yang menunjukan bahwa sumber daya bangsa lain ataupun apa yang sumber
daya itu ciptakan seperti budaya, gaya hidup, produk & karya dan jutaan
kreasi bangsa-bangsa lain yang kita anggap melebihi apa yang mampu bangsanya
sendiri ciptakan.
Dari satu
sisi hal itu memanglah benar adanya. Bahwa bangsa lain lebih selangkah di depan
kita. Namun disisi lain, jika bangsa
kita hanya menerima hal tersebut apa adanya tanpa ada upaya untuk
mengaktualisasikan diri untuk mencoba lebih baik dan hanya menjadi konsumen
atas kreasi mereka semata bak konsumen produk yang dominan namun tidak pernah
memiliki ketertarikan mengenai “how to” process maka akan menghasilkan negara
kita ini hanyalah negara konsumer. Sayangnya hal itu pun benar adanya bahwa
negara kita tergolong sebagai neara dengan tingkat konsumerisme yang tinggi.
Selain dari
kreasi yang bangsa lain buat, kita juga tertipu daya dengan anggapan bahwa
kualitas bangsa lain adalah selalu lebih baik dari pada kualitas SDM bangsa
sendiri. Kulit putih, tinggi, dan hal-hal lain yang dimiliki bangsa lain
bodohnya kita tanamkan sebagai standard manusia yang idealis berdasarkan
propaganda-propaganda bangsa lain melalui derasnya arus globalisasi. Hal ini
dapat berdampak buruk bagi kualitas SDM bangsa kita sendiri karena kita
cenderung berupaya semaksimal mungkin untuk menjadi tokoh ideal kita dan merasa
tidak pantas apabila kita belum seideal yang ada dalam pandangan kita.Hal ini
berdampak pada kualitas SDM yang cenderung kurang percaya diri di depan umum
terutama ketika disandingkan dengan SDM negara lain.
Namun penulis merasa untuk hal satu ini tidak ada benarnya.
Hal ini terbukti dengan adanya SDM bangsa kita sendiri yang mampu menunjukan
prestasinya hingga mendunia, namun disayangkan tidak sedikit dari mereka yang
memiliki nilai nasionalisme yang rendah dan lebih memilih untuk mengabdi kepada
bangsa lain yang saya akui bukan kesalahan mereka sepenuhnya tetapi juga
merupakan kesalahan negeri ini yang tidak menjamin keberadaan mereka yang telah
mampu berprestasi ini dengan reward yang pantas atas apa yang mereka
perjuangkan.
Seringkali kita temui dimana bangsa kita sendiri lebih
mengagung-agungkan budaya bangsa lain, bahasa, gaya hidup, sampai-sampai budaya kita sendiri dan nilai-nilai yang
menjadi identitas nasional bangsa ini dilupakan dan perlahan terhapus.
Lama-kelamaan nilai-nilai yang menjadi identitas bangsa kita ini justru akan
ditimpa oleh identitas bangsa-bangsa lain sehingga bangsa kita sendiri
mengalami krisis jati diri. Hal ini sudah banyak terjadi dan terutama menyerang
generasi muda bangsa kita sendiri. Pemerintah seakan tidak peduli terhadap
pengaruh derasnya arus globalisasi yang saat ini menimpa jati diri kita dan
kita seolah-olah telah nyaman dengan arus globalisasi yang entah kita tidak tau
dimana muaranya.
Fanatisme yang wajar dapat diterima namun rasa prihatin dari
penulis kepada kaum generasi muda yang terlalu fanatik terhadap kreasi
bangsa-bangsa lain, menjadikanya sebagai standar ideal, mengaggung-agungkanya
dan lupa bahkan tidak peduli dengan budayanya sendiri,karya bangsanya sendiri.
Mereka seolah bukan lagi bagian dari bangsa ini karena identitas nasional
mereka telah pudar, seakan ketika bangsa lain mengajak mereka untuk menjadi
bagian darinya , mereka akan dengan mudah berkata “ya”. Bukti nilai
nasionalisme yang telah pudar.
Penulis berharap fanatisme yang saat ini menggandrungi
generasi muda jangan sampai menghapus nasionalisme dalam diri kita. Penulis
berharap adanya arus gobalisasi yang
begitu gencar juga disaring oleh program-program pemerintahan yang berupaya
meminimalisir pudarnya jiwa nasionalis atau globalisasi yang ada disertai
dengan program untuk meningkatkan jiwa nasionalis bangsa agar budaya kita
sendiri tidak menjadi budaya asing di negara kita sendiri. Hal ini tanpa kita
sadari berdampak pada berbagai faktor kualitas dari SDM yang ada terutama
generasi muda seperti cara berpikir, kepercaya dirian, tingkah laku dalam
memecahkan masalah, pola pikir dan faktor-faktor lain yang kian lama terus
menggusur nilai-nilai yang seharusnya ditanamkan oleh generasi
pembangkit(tercantum dalam artikel sebelumnya) bukan melalui asupan-asupan dari
luar yang kemudian dijadikan pedoman utamanya. Mari generasi muda! ingatlah
bahwa kita adalah bagian dari bangsa ini!tumbukhkanlah kebanggan diri sebagai
generasi muda bangsa Indonesia! Banggalah menjadi bangsa Indonesia dan
banggakanlah Indonesia kedepanya!
No comments:
Post a Comment