Tri Ade Feriyanto
1111001072
Sebagian besar orang secara jelas sudah mengetahui apa tugas dari seorang manajer atau bagaimana proses dasar dalam pengembangan proyek melalui proses manajemen. Secara umum, manajemen adalah suatu seni yang mencakup proses pengelolaan sumber daya-sumber daya berdasarkan situasi dan kondisi (tempat dan waktu) maupun prediksi ancaman dan resiko. Manajemen ini dipegang sebagai “cap” yang tidak dapat dipisahkan dengan tugas seorang manajer (biasanya) pada suatu organisasi—yaitu memastikan bahwa pekerjaan harus sejalan dengan rencana (plan), dapat mencapai tujuan (goal) melalui tahapan pengendalian (control) pembagian kerja yang teroganisir (organize). Proses ini kemudian dibuahi oleh perintah pusat (command centre) oleh pemimpin pada masing-masing level kebijakan pengelolaan (atau bahkan multi).
Nah, apakah ada kesamaan antara manajemen organisasi dengan sistem pengelolaan kehidupan sosial dan kepemimpinan pada rumah tangga? Tentu saja ada. Namun, hal ini kadang berlangsung secara otomatis sehingga sulit ditemukan kepastian untuk mendapatkan kesejahteraan dari masing-masing anggota keluarga. Kenapa? Tidak ada ukuran yang membatasi zona nyaman dalam keluarga. Zona ini dapat menciptakan pengaruh positif dalam hubungan antar anggota keluarga (misal: kakak dengan adik, atau ibu dengan anak), tetapi juga dapat mendatangkan masalah (meskipun dapat diselesaikan dalam jangka waktu pendek). Masalah-masalah dalam rumah tangga dapat diselesaikan dengan berbagai macam sistematis dari kekuatan perintah leader rumah tangga.
Leader rumah tangga adalah seseorang yang menjadi teladan dan berpengaruh paling besar kehadirannya dalam rumah tangga—yaitu ayah dan ibu (orang tua). Ibu secara sosial memiliki tugas sebagai pengasuh dan penata rumah tangga, atau juga sebagai pemegang kebijakan moneter dalam keluarga. Pasalnya, ketika banyak ancaman datang dari luar keluarga, ibu dapat menjadi analisator yang handal. Ibu melakukan tugasnya untuk membantu tumbuh kembang anaknya (anak-anaknya), dengan cara memperhatikan kesehatan anak kemudian memberikan asupan gizi yang baik, mengajarkan anaknya cara-cara yang sopan dalam melayani, dan banyak hal mengenai kesadaran sosial. Sedangkan, ayah secara superaktif, memiliki tugas sebagai pemberi contoh dengan kata lain mengajarkan anaknya untuk bersikap sebagai pemimpin yang dinamis. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa ayah tidak dapat melakukan tugas seperti ibu pada umumnya (kecuali pemberian ASI)—begitu juga ibu sebaliknya (bahkan) dapat lebih cermat daripada ayah untuk urusan memimpin.
Jika kembali menelusuri tentang peranan apa yang dipegang secara spesialis oleh ayah dan ibu, siapakah yang ahli dalam memanajerial dan siapakah yang lebih paham tentang kepemimpinan. Penelurusan ini diarahkan melalui suatu jembatan sistematis kepemimpinan—yang menjelaskan bahwa proses pengambilalihan kekuasaan dalam keluarga berada pada tingkat pemimpin dan sangat dikecualikan untuk manajer rumah tangga. Kenapa hal ini seperti menandakan adanya perbedaan antara manajer rumah tangga dengan pemimpin rumah tangga? Karena, dapat dilihat dari job manajer yang mengacu pada detilisasi masalah dan tujuan. Lain hal dengan pemimpin rumah tangga yang memiliki wewenang mutlak dalam memutuskan perkara.
Adanya perbedaan karakteristik berdasarkan sudut pandang ayah dan ibu terhadap anaknya turut mempengaruhi konsistensi peran dari kedua orang tua ini. Konsistensi dalam keluarga diperlukan untuk melihat kestabilan dalam sistematis kepemimpinan rumah tangga, seperti terjadi hal yang membuat anak tidak percaya diri untuk tampil di suatu muka. Kesan ini membawa dampak negatif bagi anak, karena secara psikologi pembentukan kepribadian anak timbul melalui pengaruh dari lingkungan yang paling dekat (akrab)—apalagi kalau bukan keluarga (untuk anak berumuran menjelang remaja atau kurang).
Lantas, siapakah yang patut diberi peran sebagai manajer dalam rumah tangga dan apa pengaruhnya terhadap anak? Setelah melalui berbagai macam pengetahuan tentang manajer, maka yang patut diberi peran sebagai manajer adalah ibu. Karena, ibu memiliki tanggung jawab primer dalam pemeliharaan pengawasan anaknya. Juga sebagai istri yang diistilahkan sebagai investor bagi suami, dengan artian dapat melihat detil peluang pada masa yang akan datang dengan segala bentuk akumulasi percepatan pertumbuhan anak. Kemudian, ibu sangat berpengaruh dalam hal keindahan pelayanannya kepada anak, sehingga tidak jarang ketika anak beranjak dewasa sering kali mengalami demam rindu ibu yang dialasankan pada penekanan terhadap masakan ibu. Peristiwa seperti ini dapat dijumpai ketika mentalitas seorang anak mengalami kenaikan atau pun penurunan.
Dengan begitu peran pemimpin dipegang oleh ayah, yang secara otoritas dapat menjaga integritas dalam keluarga (pada banyak kasus). Seorang ayah akan dirindukan oleh anaknya apabila terdapat banyak hal yang menjadi penasaran anak untuk mencoba dan mengetahui pelajaran baru terkait masalah yang pernah dialami ayah sewaktu muda. Imbas positif tentang pengalaman ayah disebabkan oleh pengaruh tingkah laku ayah yang terkesan sangat menarik perhatian ketimbang ibu (pada umumnya) seperti, ayah membersihkan halaman belakang rumah, mencuci mobil atau pun hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan kecil hingga mendewasa. Apabila ayah menunjukkan gaya kepemimpinannya di dalam keluarga dengan cara khas, anak secara sadar akan melihat bahwa ayah telah melakukan hal luar biasa yang belum terpikirkan olehnya (anak). Sehingga, proses berpikir anak lebih potensial untuk menjadi pemimpin jika dipengaruhi oleh sifat, sikap dan tindakan ayah sebagai kepala rumah tangga.
Sejumlah keterangan dari masing-masing peran ayah dan ibu ini dihasilkan oleh suatu sistem kepemimpinan yang pengaruhnya telah diprioritaskan sebagai biang perubahan sosial dalam rumah tangga. Sistem ini seperti dikemukakan di atas, bersumber dari wewenang mutlak pemimpin—yang artinya sistem ini terbentuk oleh adanya pemimpin dalam hal ini digarisbawahi sebagai ayah. Tidak heran apabila ketidakhadiran sang ayah dalam waktu yang lama dalam keluarga dapat memperburuk kondisi sosial dan ekonomi keluarga (namun berharap menjadi terus menguat).
Dengan demikian—manajer, pemimpin dan sistem kepemimpinan tidak dapat dipisahkan dalam manajemen rumah tangga terutama ditujukan bagi pembentukan karakteristik dan kepribadian anak, sebagai cara yang potensial melihat generasi pemimpin selanjutnya dalam keluarga.
No comments:
Post a Comment