Dahlia Irwan
Before something bigger, let start from this one..
“Ketika aku kecil aku memutuskan untuk mengubah seluruh dunia. tapi aku tidak dapat menjawab pertanyaan dari guruku tentang siapa itu Franklin, aku tidak tahu dimana letak benua Eropa, dan aku tidak tahu apa yang dapat kulakukan untuk mengubah dunia. lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini.
Aku ingin mengubah negriku saja, begitu pikirku kemudian. Tapi aku tidak bisa berpidato seperti layaknya Suekarno, Indonesia begitu beragam, baik adat, kebudayaan, etnis, sifat dan kebiasaannya. Dari mana aku harus memulai? Ini terlalu sulit.
Ketika aku mulai beranjak remaja, aku menyadari bahwa aku tidak bisa mengubah negriku, maka aku mulai mengubah masyarakatku. Tapi bagaimana mau mengubah masyarakatku kalau baru tampil membacakan puisi untuk memperingati hari kartini saja aku masih gemetaran? Suaraku bergetar ketika berbicara didepan publik, keringat dingin mengaliri tubuh, dan tangan bergemetar hebat.
Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah masyarakatku, maka aku mulai berusaha untuk mengubah keluargaku. Kemudian akupun sadar aku semakin renta, sudah sangat terlambat untuk mengubah keluargaku sendiri. Tidak ada lagi yang mau untuk mendengarkan aku bahkan menemani aku di sisa hari-hariku. Aku juga tidak bisa mengubah keluargaku.
Ketika waktuku hampir habis, napas tinggal satu-satu, aku menyesal ternyata satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri. Kenapa aku tidak memulai dengan mengubah diriku sendiri terlebih dahulu?
Jika aku bisa mengubah diriku sendiri, menjadi orang yang berpotensi, dan mampu berpikiran dan bersikap positif, maka aku akan mampu untuk mengubah keluargaku. Aku bisa menyalurkan hal-hal positif kepada anggota keluargaku. Memberikan kebanggan kepada mereka dengan potensi yang kumiliki. Memberikan kenyamanan terlebih dahulu dalam keluargaku.
Kemudian aku akan mendapatkan dukungan dari keluargaku ketika aku hendak mengubah masyarakatku. Saat aku lemah, ada cinta dan motivasi dari mereka yang akan senantiasa memberikan semangat untuk mengubah masyarakatku dan lingkunganku menjadi masyarakat yang madani, lingkungan yang positif memimpin masyarakatku menjadi masyarakat yang ideal.
Kemudian dengan masyarakat dan lingkungan yang aku ciptakan tersebut, aku bisa membuat negriku tergerak untuk melihat masyarakatku, lingkunganku, komunitasku, dan memberikan inspirasi kepada komunitas-komunitas yang lain, lingkungan yang lain, masyarakat yang lain untuk termotivasi menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Melalui masyarakatku, aku dapat menulari virus positif terhadap negriku. Negriku dapat berubah menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.
Kemudian dengan negriku, dapat mengantarkan aku untuk membawa perubahan positif terhadap dunia. dengan negriku, dapat menghantarkan aku untuk dapat mengenal dunia yang lebih kompleks. Aku bisa menjalin jaringan, aku bisa lebih membuka cakrawala berpikirku, aku bisa membawa perubahan terhadap dunia”.
Mempunyai mimpi yang hebat itu adalah sah-sah saja untuk setiap orang. tapi terkadang kita lupa, bahwa untuk mewujudkan hal yang besar itu harus kita mulai dari hal-hal yang kecil, hal-hal yang mendasar. Layaknya membangun sebuah rumah yang dimulai dari membangun sebuah pondasi, begitupun dalam mewujudkan mimpi. Kita dapat bermimpi apapun yang kita mau, apapun yang kita inginkan, tapi ada satu hal dasar yang perlu kita persiapkan sebelum meraih mimpi-mimpi itu, yaitu mempersiapkan diri kita sendiri sebagai pondasi dari mimpi-mimpi yang akan kita wujudkan. Jika kita memiliki karakter yang kuat, potensi untuk melakukan sesuatu, dan harapan untuk sebuah perubahan yang positif, bukankah itu akan menjadi bekal yang sangat berguna untuk men-set langkah kita selanjutnya?
“ribuan langkah yang kita tempuh pun bermula dari langkah-langkah kecil”
Segala sesuatu yang besar berawal dari sesuatu yang kecil. Beigutupun halnya dalam menjadi seorang pemimpin. Sebelum memimpin orang lain, memipin suatu organisasi yang besar, memimpin masyarakat, kita harus mampu menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri. Sebelum menggerakkan yang lainnya, kita perlu menggerakkan diri kita sendiri.
Saat ini kita seharusnya sudah memasuki tahapan di mana kita memberikan pengaruh terhadap lingkungan kita, membawa organisasi dan komunitas kita menjadi sesuatu yang positif. Sudah saatnya kita menjadi sebab, bukan hanya akibat dari perubahan yang ada. Kita harus memulai untuk meninggalkan perubahan yang positif dimanapun kita berada dan dalam komunitas kita, walaupun perubahan itu kecil. Dengan membuat perubahan-perubahan positif yang kecil maka kita akan semakin termotivasi untuk suatu perubahan yang besar.
Untuk mimpi mengubah dunia, Keinginan adalah hal besar. Semangat adalah motivasinya. Sedangkan tindakan adalah apinya. Dan ketiga hal ini datangnya dari diri kita sendiri.
No comments:
Post a Comment