Sunday, 21 April 2013

Mimpi Mengubah Dunia


Dahlia Irwan

Before something  bigger, let start from this one.. 

“Ketika aku kecil aku memutuskan untuk mengubah seluruh dunia. tapi aku tidak dapat menjawab pertanyaan dari guruku tentang siapa itu Franklin, aku tidak tahu dimana letak benua Eropa, dan aku tidak tahu apa yang dapat kulakukan untuk mengubah dunia. lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini.

Aku ingin mengubah negriku saja, begitu pikirku kemudian. Tapi aku tidak bisa berpidato seperti layaknya Suekarno, Indonesia begitu beragam, baik adat, kebudayaan, etnis, sifat dan kebiasaannya. Dari mana aku harus memulai? Ini terlalu sulit. 

Ketika aku mulai beranjak remaja, aku menyadari bahwa aku tidak bisa mengubah negriku, maka aku mulai mengubah masyarakatku. Tapi bagaimana mau mengubah masyarakatku kalau baru tampil membacakan puisi untuk memperingati hari kartini saja aku masih gemetaran? Suaraku bergetar ketika berbicara didepan publik, keringat dingin mengaliri tubuh, dan tangan bergemetar hebat. 

Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah masyarakatku, maka aku mulai berusaha untuk mengubah keluargaku. Kemudian akupun sadar aku semakin renta, sudah sangat terlambat untuk mengubah keluargaku sendiri. Tidak ada lagi yang mau untuk mendengarkan aku bahkan menemani aku di sisa hari-hariku. Aku juga tidak bisa mengubah keluargaku. 

Ketika waktuku hampir habis, napas tinggal satu-satu, aku menyesal ternyata satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri. Kenapa aku tidak memulai dengan mengubah diriku sendiri terlebih dahulu?

Jika aku bisa mengubah diriku sendiri, menjadi orang yang berpotensi, dan mampu berpikiran dan bersikap positif, maka aku akan mampu untuk mengubah keluargaku. Aku bisa menyalurkan hal-hal positif kepada anggota keluargaku. Memberikan kebanggan kepada mereka dengan potensi yang kumiliki. Memberikan kenyamanan terlebih dahulu dalam keluargaku.

Kemudian aku akan mendapatkan dukungan dari keluargaku ketika aku hendak mengubah masyarakatku. Saat aku lemah, ada cinta dan motivasi dari mereka yang akan senantiasa memberikan semangat untuk mengubah masyarakatku dan lingkunganku menjadi masyarakat yang madani, lingkungan yang positif memimpin masyarakatku menjadi masyarakat yang ideal. 

Kemudian dengan masyarakat dan lingkungan yang aku ciptakan tersebut, aku bisa membuat negriku tergerak untuk melihat masyarakatku, lingkunganku, komunitasku, dan memberikan inspirasi kepada komunitas-komunitas yang lain, lingkungan yang lain, masyarakat yang lain untuk termotivasi menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Melalui masyarakatku, aku dapat menulari virus positif terhadap negriku. Negriku dapat berubah menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. 

Kemudian dengan negriku, dapat mengantarkan aku untuk membawa perubahan positif terhadap dunia. dengan negriku, dapat menghantarkan aku untuk dapat mengenal dunia yang lebih kompleks. Aku bisa menjalin jaringan, aku bisa lebih membuka cakrawala berpikirku, aku bisa membawa perubahan terhadap dunia”. 

Mempunyai mimpi yang hebat itu adalah sah-sah saja untuk setiap orang. tapi terkadang kita lupa, bahwa untuk mewujudkan hal yang besar itu harus kita mulai dari hal-hal yang kecil, hal-hal yang mendasar. Layaknya membangun sebuah rumah yang dimulai dari membangun sebuah pondasi, begitupun dalam mewujudkan mimpi. Kita dapat bermimpi apapun yang kita mau, apapun yang kita inginkan, tapi ada satu hal dasar yang perlu kita persiapkan sebelum meraih mimpi-mimpi itu, yaitu mempersiapkan diri kita sendiri sebagai pondasi dari mimpi-mimpi yang  akan kita wujudkan. Jika kita memiliki karakter yang kuat, potensi untuk melakukan sesuatu, dan harapan untuk sebuah perubahan yang positif, bukankah itu akan menjadi bekal yang sangat berguna untuk men-set langkah kita selanjutnya? 

“ribuan langkah yang kita tempuh pun bermula dari langkah-langkah kecil”

Segala sesuatu yang besar berawal dari sesuatu yang kecil. Beigutupun halnya dalam menjadi seorang pemimpin. Sebelum memimpin orang lain, memipin suatu organisasi yang besar, memimpin masyarakat, kita harus mampu menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri. Sebelum menggerakkan yang lainnya, kita perlu menggerakkan diri kita sendiri.

Saat ini kita seharusnya sudah memasuki tahapan di mana kita memberikan pengaruh terhadap lingkungan kita, membawa organisasi dan komunitas kita menjadi sesuatu yang positif. Sudah saatnya kita menjadi sebab, bukan hanya akibat dari perubahan yang ada. Kita harus memulai  untuk meninggalkan perubahan yang positif dimanapun kita berada dan dalam komunitas kita, walaupun perubahan itu kecil. Dengan membuat perubahan-perubahan positif yang kecil maka kita akan semakin termotivasi untuk suatu perubahan yang besar. 

Untuk mimpi mengubah dunia, Keinginan adalah hal besar. Semangat adalah motivasinya. Sedangkan tindakan adalah apinya. Dan ketiga hal ini datangnya dari diri kita sendiri.

Melupakan Titik Nol


Yulia Chaniago
1122002001


Sedikit dongeng sebagai intro. Di Minangkabau, ada sebuah legenda yang sangat tragis terjadi zaman dahulu kala, zaman ketika facebook dan twitter mungkin akan dipertanyakan sebagai “Makanan jenis apakah itu?”. Tersebutlah seorang wanita tua dan anak laki-lakinya yang bernama Malin. Hidupnya miskin. Kalau zaman sekarang kita sibuk memikirkan cara mendapatkan uang untuk membeli pulsa, supaya bisa selalu eksis di sosial media, mereka sibuk berpikir bagaimana caranya agar mendapatkan makan untuk bertahan hidup.

Sang Ibu sayang sekali pada Malin. Kemanapun pergi, Malin selalu di kundang (baca : digendong) sebagai bentuk kasih sayangnya sehingga terkenallah ia dengan sebutan Malin Kundang. Malin tumbuh besar dan mulai berpikir untuk mengubah nasib. Sebenarnya berat sekali hati Ibu membiarkan pergi merantau ke tempat yang antah-berantah baginya, namun Malin bersikeras. Maka, dengan restu sang Ibu, pergilah ia berlayar mengadu nasib.

Lalu, bam! Malin sukses di rantau orang, menjadi saudagar yang kaya raya, hartanya berlimpah, hidupnya makmur dan sejahtera, istrinya cantik luar biasa. Ketika dalam suatu kesempatan yang mengharuskan ia kembali ke kampung halamannya, ia bertemu kembali dengan Ibunya. Betapa bahagia hati sang Ibu melihat anak yang begitu dicintainya telah menjadi orang sukses. Tapi, si Malin jangankan senang bertemu kembali dengan Ibunya, mengakui wanita tua yang miskin itu sebagai Ibunya saja ia tak sudi, malu terhadap sang Istri dan merasa tinggi karena kesuksesannya.

Nah, bukankah hal ini tidak asing lagi? Meskipun mungkin sudah ribuan tahun berlalu, tapi eksistensi Malin Kundang tak pernah lenyap sampai sekarang, dalam wujud manusia-manusia lainnya. Apa itu? Ya benar, sifat durhaka. Tapi bukan itu yang saya maksud. Poinnya adalah MELUPAKAN TITIK NOL. Siapakah si Malin itu dulu? Hanya seorang anak yang miskin, yang kemana-mana selalu digendong oleh Ibu yang sangat menyayanginya, yang karena cintanya, bahkan berat hati melepas anaknya pergi merantau. Tapi ketika si Malin sukses di rantau orang, hartanya melimpah, istrinya cantik, ia dengan mudahnya melupakan sang Ibu. Bahkan merasa jijik untuk mengakui bahwa wanita tua itu adalah ibunya. Tragis?

Nah, kembali ke poin utamanya. Bukankah banyak sekali Malin Kundang di negara kita ini, terutama para pemimpinnya. Jauh-jauh hari menjelang pemilu, mereka kampanye besar-besaran, menjanjikan perubahan, mendengarkan aspirasi, kehidupan yang lebih sejahtera menanti kita apabila mereka terpilih. Aih, janji yang begitu manis dan menggoda, sukses sekali menarik simpati kita sebagai rakyat.

Tapi, setelah mereka terpilih, kita mendengarkan lagu Nidji sambil gigit jari “..mana janji manismuuu..” Kita yang merindukan banyak perubahan dan perbaikan dari pemimpin yang kita pilih itu, tapi apa yang mereka lakukan sebenarnya di singgasana mereka? Kebanyakan hanya sibuk mengisi amunisi rekening mereka demi kepentingan sendiri. Bahkan sekedar aspirasi kita saja terkadang tak mereka dengar. Padahal siapa yang telah membantunya mendapatkan jabatan itu dulu? Apalah arti mereka tanpa rakyat yang telah memilih untuk mempercayai mereka? Sekarang setelah berada di atas, mereka melupakan kita yang berada di bawah. Padahal, darimanakah mereka dulu? Dari bawah juga. Mereka telah MELUPAKAN TITIK NOL yang penting dalam hidup mereka. Tragis? Bagi kita, iya. Bagi mereka? Asssuuudahlah.

Kita sebagai generasi muda penerus bangsa, mari menjadi lebih peka terhadap hal-hal di sekitar kita. Mulai dari hal-hal yang kelihatannya sepele, padahal itu penting. Misal jika kita adalah ketua dalam suatu organisasi, ketika menjadi pemimpin dalam rapat-rapat organisasi, maka dengarkanlah jika ada anggota rapat yang memberikan pendapat, kritik, saran, masukan dll dalam rapat. Jangan karena kita adalah pemimpin, lantas merasa kitalah yang paling benar, lalu mati-matian mempertahankan argumen kita dan menjadikan posisi pemimpin sebagai tameng. Ingat titik nol kita, dan bahwa karena mereka jugalah, yang telah mempercayai dan memilih kita, maka dari titik nol tersebut, kita bergerak naik sehingga berada di posisi atas sebagai pemimpin. Lebih banyaklah mendengarkan ketimbang berbicara, karena itulah alasan mengapa kita diciptakan dengan dua telinga dan hanya satu mulut. Agar kita lebih banyak mendengar. Hargai siapapun yang bicara. Jangan lihat SIAPA YANG BERBICARA, tapi lihatlah APA YANG DIBICARAKAN. Dan yang terpenting, JANGAN PERNAH MELUPAKAN TITIK NOL kita. Karena hanya dengan begitu kita akan menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur dan lebih menghargai orang lain, terutama sebagai pemimpin.

Learning from Adolf Hitler


Diffa Ghassana
1111001004


in our study of the leadership theory, there is  so often mentioned that a leader can be born or can also be formed. In this article I will post a review of someone who was actually born as a leader who has the natural talent to lead and influence people around them.

Adolf Hitler, a figure autocratic leader who is often referred as the cruelest dictators ever. He was born in Braunauam, Austria on 20 April 1889. In his childhood, he dreamed to become a famous painter. But his dream did not come true until the end.  And he also facing the unfortunate bankruptcy.  after the last inheritance of his father, he decided to move to Munich, Germany.  His transferal to Munich make him free from military duty in Austria.

At the time of the first world war, that german participate in it. during the world war adolf hitler petitioned to the king ludwig III Bavaria to join the army, and it was granted. after that Hitler joined a small party  called German workers party that will eventually leads by him.  In this party hitler leading talent can be channeled. He gave a speech to the people to move against the Jews because of the agreement versailess deemed unfair and caused great losses to the Germans.

at the time of rampant inflation, the German economy and society undergo degeneration tortured. and at the moment Adolf Hitler arise and become the German people hopes of adversity. And the party that he entered before has been led by him and that party was renamed into Nazi. with the economic downturn Adolf Hitler tried to inspire the people with fiery speeches that ultimately influence people and also have very many followers in his party.

Hitler was a charismatic leader that can get public sympathy. And he have the natural ability to lead.  adolf hitler have an intelligent thought in the campaign and also have a vision that can affect people. Hitler was a leader with a very high confidence. thing that is rare to find in the soul of the leaders in Indonesia at the moment. but if we have a good vision and confidence we can have the higher chances to success. The decision abou the timing of the campaign made when society is going down is a reflection of the intelligence of a Hitler who only graduated from elementary school. I hope this study can be a valuable lesson for all of us, that leaders are born must have a natural talent and should be used wisely and developed in order to make things a lot better.

Soeharto Leadership


Arya Dikara
1111001034


in the lead and led, inevitably everyone has their hallmark - respectively. and every leader must also have different leadership qualities. leaders who are in Indonesia I think is still seldom have a good enough quality. therefore, in this article I will give you a little lesson from a great leader who once owned by our nation. I figured General Soeharto as our learning figure , he is a president that have Strong and forceful and frequently  in the view of public  said that he is a dictator who does not think about the fate of the people. but certainly the thought behind all of the nature and character of Suharto there must be some lessons to be learned from the figure of H.M Soeharto.

General Soeharto does have a strong character and hard military based, but behind all that he has very strong leadership and quality in leading this nation for more than 31 years and make Indonesia has some good development. it can be realized by the nature of the firm and focus on the development of the country of Indonesia.

in realizing his vision he using a variety of approaches. either through regulations made and also a way to communicate directly with people. Suharto did the green revolution in Indonesia is to be rice self-sufficient because of hunger and poverty is that struck people in Indonesia. it may reflect that Suharto is a leader who can make the right decisions to resolve the problem that occurred in society.

Other things that are interesting in the way of soeharto leading  style that he is a charismatic leader. so in his glory periode , our country was respected  Internationally  and also gain some valuable appreciation . So in the conclusion we can learn from the way soeharto leads Indonesia. And the  things that we can learn is to become communicative to the member  of the group but remains assertive in implementing the rules, focus on doing something, and can make decisions according to what is expected by the environment .

Communicative Leader


Ricky Yusuf Putra Pramana
1111001008

Communication is the thing that is often overlooked by leaders, especially in Indonesia. The growth of technology in the last decade is very rapid,  so the communication tools that used by people are also more varied. Therefore, now a day communication that occurs between people can be done anywhere and so easily to access. That phenomenon also reducing the frequency of verbal communication between us.

In dealing with the phenomenon of the lack of verbal communication, I will give a little review about the importance of verbal communication. Verbal communication is actually the best kind of personal communication in the relationships between people. because of the presence of verbal communication that everyone can communicate in many different ways, specifically through verbal conversation, expression, body gestures, etc. in other words the most traditional type of communication is very good communication and may show what is perceived by the other person, such as feelings of passionate, sad, happy, angry, etc. In the process of leading, communication is a very important factor and must be considered by the leaders, because when a group wanted to do job effectively and efficiently without the support with good communication it is likely that the outcome is will be not the best results.  

there is a case that we often encounter in Indonesian society. The case is about so many leader who thinks its members as a robot. This is not just nonsense. because the phenomenon is really happening in our country. The purpose of the figure is usually the leader just said task after task and override the interests of members, and the most of the members in a group are afraid to express his/her  wants and opinion to the leader. Talking about conditions like this we should have a lot to learn, in order to respect could be established between the leader and the people who led.  Leader should understand that the members have full confidence to Him / Her. Therefore, a leader must threat the members absolutely as human beings in order to understand each other and have a good communications, so it could be  the quality of the team / group to be much better.

Communication like that can be realized by multiplying the verbal communication with its members, taking into account the intent and will of the members, and strive to always be there as a role model and guidance. if this type of good communication was true implemented, then it would be more communicative leader respected by its members, there is no gap between the leader and people who led will be sustainable improvements in efficiency and effectiveness of the work. Thus my little review about the communicative leader may be useful for all.
Thank you for Reading 

Sudah Adilkah Pemimpin Bangsa Ini?


Monica Agustina
1122002005

Adil ? Sudahkah pemimpin jaman sekarang memiliki jiwa yang adil? Saya pikir belum ada pemimpin yang sukses menjalankan keadilan sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia saat ini. Tidak hanya di Indonesia, dapat dilihat dari kelompok yang lebih sederhana, hanya sedikit pemimpin yang mampu menjalankan keadilannya didalam kelompok atau organisasinya. Menjadi pemimpin yang adil memang tidak mudah, apalagi ketika dihadapkan dengan persoalan yang mengharuskan pemimpin tersebut untuk mengambil keputusan yang memberatkan hatinya, namun inilah yang dinamakan keadilan. Sebagai contoh, ketika seorang anak dari seorang pemimpin yang melakukan kejahatan harus dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku, dalam hati seorang orang tua tentu akan sedih dan kasihan melihat sang anak di hukum, namun di sisi lain ia sebagai seorang pemimpin harus bersikap adil tanpa memandang siapa dia yang di hukum. Hukum tetaplah hukum yang harus berlaku dan tetap dilaksanakan. 

Mudahkah para pemimpin mengambil keputusan seadil-adilnya? Hanya beberapa pemimpin yang mampu bertindak sangat adil dan tegas dalam kepemimpinannya. Menjadi seorang pemimpin tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi menjadi pemimpin yang adil. Banyak para pemimpin yang berkampanye dengan menyebutkankan kata-kata “adil”, namun itu hanyalah sekedar ucapan, bukan sebuah tindakan. Dalam prakteknya dan kenyataannya sendiri masih banyak pemimpin yang hanya membela kerabat dekat mereka sendri. 

Seorang pemimpin tidak hanya membutuhkan suatu tujuan bersama untuk mencapai suatu titik dimana adanya kesejahteraan dan kesuksesan terjadi didalam sebuah organisasi atau pemerintahan. Tidak hanya membutuhkan pengertian dan perhatian untuk para masyarakat-masyarakatnya, melainkan juga membutuhkan sikap yang adil seadil-adilnya dalam menentukan tujuan dan keputusan. Tapi dalam nyatanya, adil hanyalah sebuah prinsip yang ada dalam kepemimpinan, bukan menjadi sebuah praktek nyata dalam kehidupan. Peraturan di Indonesia sudah ada, hanya menjalankannya saja dan apabila terjadi sebuah kasus yang melanggar hukum langsgung ditindak lanjuti pada pihak berwenang, namun mengapa masih saja mengacuhkan peraturan dan menganggap bahwa pemimpinlah yang berkuasa. 

Dan sampai pada akhirnya, tujuan bersama yang ingin dicapai oleh pemimpin dan rakyatnya jadi terhambat karena kurang keadilan dalam si pemimpin. Mengapa demikian? Sudah banyak para koruptor di Indonesia ini yang dengan mudahnya mengambil uang banyak namun diberi hukuman yang begitu rimgan, dimana keadilan di Indonesia sekarang ini? Seharusnya pemimpin mampu bertindak tegas sesuai hukum yang berlaku di Indonesia, dan hukum juga harus tegas dan adil dalam memproses hukuman bagi yang bersalah. Sangat tidak sesuai yakni koruptor yang mengambil uang beratus-ratus juta dengan seseorang yang mencuri ayam keduanya dihukum 5 tahun penjara, kalau dipikirkan lagi ini sangatlah tidak masuk di akal. Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang adil dan juga hukum yang sesuai, tegas , juga adil.

Terkadang para pemimpin mengangap diri mereka sendiri sudah adil, misalnya mereka sudah membagikan BLT (Bantuan Langsung Tunai), namun pemimpin tidak melihat apa kenyataannya dalam masyarakat, bahkan seorang yang tidak termasuk dalam persyaratanpun dengan percaya dirinya mereka menerima bantuan ini yang mestinya rakyat miskin yang lebih pantas menerimanya. Menjalankan sebuah keadilan haruslah bertindak dan mengawasinya degan ketat seperti bantuan BLT ini yang apabila tidak diawasi bisa saja mereka yang mampu tetap ingin mendapatkan BLT juga. Berharap di hari depan ada seorang pemimpin yang mampu memimpin bangsa ini untuk melanjutkan tujuan nasional bangsa Indonesia sejak awal dan terbentuk karakter pemimpin yang tegas, bertanggung jawab, dan adil dalam menjalankan kinerjanya sebagai seorang pemimpin.

Pemimpin,Budaya, Jakarta


Alvian Aditya Kanzi
1112001030

“Kalau ingin menjadi gubernur yang baik di Jakarta, masalah kebudayaan harus diurus. Meskipun bukan budayawan, feeling-feeling terhadap kebudayaan harus ada.” – Ali Sadikin

Kutipan kalimat di atas disampaikan mantan Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta periode 1966 – 1977, Ali Sadikin, saat peresmian Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, 30 Mei 1978. Bagi sebagian besar generasi muda saat ini, nama Ali Sadikin mungkin terdengar agak asing di telinga. Tapi jangan pernah memandang remeh beliau. Beliau merupakan salah satu gubernur terbaik yang pernah dimiliki ibukota, bahkan banyak yang meyakini beliau merupakan yang terbaik.

Tentu bukan tanpa alasan bila Bang Ali (panggilan akrab Ali Sadikin,red.) mengingatkan kepada gubernur - gubernur penerusnya untuk terus memperhatikan masalah kebudayaan di ibukota, agar kota yang menjadi titik temu beragam suku bangsa di Nusantara ini memiliki wajah yang humanis, beradab, dan tidak eksploitatif, seperti yang terpampang sekarang ini.

Bang Ali tidak hanya memberikan janji-janji kosong. Berbeda dengan mayoritas pemimpin – pemimpin penerusnya yang menggunakan kebudayaan sebagai alat kampanye, topeng, pencitraan, atau apalah itu sebutannya untuk mengeruk simpati warga lokal dan menggaet massa dalam jumlah masif. Pada masa kepemimpinannya, sekitar tahun 1968, Jakarta memperkenalkan pusat kesenian yang dikenal dengan nama Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jalan Cikini Raya. Areal yang sebelumnya merupakan kebun binatang itu dia sulap menjadi pusat kegiatan seni, sementara kebun binatang dipindahkan ke daerah Ragunan, Jakarta Selatan.

Persija Jakarta, klub sepak bola tradisional yang menjadi ikon lokal dan telah melebur menjadi kultur di ibukota, dibawanya berjaya dengan 2x menjuarai Liga Perserikatan PSSI (liga sepak bola tertinggi Indonesia pada saat itu,red.) pada 1973 dan 1975, serta menjadi runner-up pada tahun 1974.

Selain itu, atas usulan seniman-seniman ternama pada waktu itu, seperti Trisno Sumardjo, Mochtar Lubis, Ajip Rosidi, Wahyu Sihombing, dan Djajakusuma, di lokasi TIM juga didirikan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) yang kemudian bermetamorfosis menjadi Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Pada masa Ali Sadikin pula gelanggang remaja dibangun di lima wilayah di Jakarta, seperti Gelanggang Remaja Bulungan, Planet Senen, Grogol, Kampung Melayu, serta di Kebon Bawang, Jakarta Utara. Cukup banyak seniman besar Indonesia pada masa itu lahir dari sana, contohnya Radhar Panca Dahana, Anto Baret, Teguh Esha, dan Neno Warisman.

Kini gelanggang remaja itu sudah kehilangan daya magisnya ditenggelamkan kerasnya kehidupan sekitar dan termakan waktu, seiring dengan semakin lunturnya kultur lokal di Jakarta. Miris. Di saat mata kita dipaksa untuk melihat Ondel-Ondel dan Bajidor hanya berfungsi sebagai media pengumpul uang receh dan ribuan. Ngamen. Miris. Di saat kondisi sekitar sukses menggiring anak – anak muda di Jakarta untuk lebih menggandrungi tim – tim sepak bola luar negeri macam Barcelona, Real Madrid, atau Manchester United, sementara Persija Jakarta dianggap sampah dan bukan kelas mereka. Miris. Di saat kondisi sekitar menggambarkan dengan jelas kecintaan remaja Jakarta terhadap Stand-Up Comedy yang jauh lebih besar daripada terhadap Lenong.

Pemilihan umum belum genap setahun dihelat. Dua sosok pendatang baru berhasil menikung sang incumbent untuk turun dari singgasananya. Datang dan berhasil menang dengan nama besar, mereka bilang mereka bisa mendatangkan cahaya baru bagi abu – abunya asap sosial di ibukota. Mampukah? Harus mampu! 

Tulisan ini dapat dilihat di laman blog saya : hammerchicken.blogspot.com

The Ideal Leader


Akbar Jamaludin Aly
1111001107


Jakarta, city of blinding light, city which full of people, business city and also busiest city in Indonesia. That is beauty fact of Jakarta, but when there is beauty fact it must have bad fact. Jakarta is the dirtiest city in Jakarta, very bad traffic,  which can delay the activity, the dustiest city in Jakarta, and also Jakarta's people dont have good manner.
Every person want to live, work and visit good city, but is Jakarta good city? No, at now. Jakarta  isnt good, because of the traffic and the rubish which Jakarta have. What must Jakarta do to rid the traffic? Jakarta must make a good system and also rules, such as when Monday, Wednesday, Friday and Sunday people who have a car must ride a car which has odd number and when Tuesday, Thursday, Saturday must ride a car which has even number.

The condition which make Jakarta doesnt comfortable to live is people in Jakarta doesnt really have a good manner. The people must study to know what other person want, how to learn what rules is for and what happen if they break the rules. Most of people in Jakarta doesnt have that knowledge because the government doesnt really care about them. Government should be tell all of the people what the rules are and the government must remake the rules with a rational think. When someone break the rules the punishment which they get must rational.
The punishment when someone break the rules isnt rational, as the example, when someone smoking in the banished area, that person must pay two million rupiah. Is that rational to think? No it isnt. I think the government must remake that rules again, rules which can accept by people, and the government must notificating all the person what, when, where and how the rules for. The good rules is the rules which everyone understand and follow the rules. The good rules also make the people give up when they break it.

And the last thing that must be done for government is appreciate the people who doesnt break rule and the people who remember the other person when they break the rule, the government also must placing the guard and its easy to hear when we call “ satpam, polisi penjaga and rule keeper “. They must see what rules that someone break and give the punishment exactly when and where they break the rule. But they must be choose wisely because when they who beeing choosen doesnt act wise, the people trust of the government is destroy again.

What must Jakarta do in the other hand beside the government which from the people. People who leave, study, work and visit Jakarta mustnt obey the rules. They must follow the rules, what must and musnt thing to do must be learn by the people. Increase the caring feel with the place where they place. And also Jakarta people must keep clean wherever they are. What I think, Jakarta people must do  cleaning routine in betawi's language its called “ Kerja Bakti “ which mean clean the Jakarta area wherever they leave. The last thing to say, if we want Jakarta became good or the best city to live and visit, we must change ourselve, not break the rule which government make and also be brave to explain what is the good thing to do for the people which break the rule. If we want change now? What will Jakarta be tomorrow?

What Must Jakarta Do


Andang Sirajudin H
1122002009

Jakarta, city of blinding light, city which full of people, business city and also busiest city in Indonesia. That is beauty fact of Jakarta, but when there is beauty fact it must have bad fact. Jakarta is the dirtiest city in Jakarta, very bad traffic,  which can delay the activity, the dustiest city in Jakarta, and also Jakarta's people dont have good manner.
Every person want to live, work and visit good city, but is Jakarta good city? No, at now. Jakarta  isnt good, because of the traffic and the rubish which Jakarta have. What must Jakarta do to rid the traffic? Jakarta must make a good system and also rules, such as when Monday, Wednesday, Friday and Sunday people who have a car must ride a car which has odd number and when Tuesday, Thursday, Saturday must ride a car which has even number.

The condition which make Jakarta doesnt comfortable to live is people in Jakarta doesnt really have a good manner. The people must study to know what other person want, how to learn what rules is for and what happen if they break the rules. Most of people in Jakarta doesnt have that knowledge because the government doesnt really care about them. Government should be tell all of the people what the rules are and the government must remake the rules with a rational think. When someone break the rules the punishment which they get must rational.
The punishment when someone break the rules isnt rational, as the example, when someone smoking in the banished area, that person must pay two million rupiah. Is that rational to think? No it isnt. I think the government must remake that rules again, rules which can accept by people, and the government must notificating all the person what, when, where and how the rules for. The good rules is the rules which everyone understand and follow the rules. The good rules also make the people give up when they break it.

And the last thing that must be done for government is appreciate the people who doesnt break rule and the people who remember the other person when they break the rule, the government also must placing the guard and its easy to hear when we call “ satpam, polisi penjaga and rule keeper “. They must see what rules that someone break and give the punishment exactly when and where they break the rule. But they must be choose wisely because when they who beeing choosen doesnt act wise, the people trust of the government is destroy again.

What must Jakarta do in the other hand beside the government which from the people. People who leave, study, work and visit Jakarta mustnt obey the rules. They must follow the rules, what must and musnt thing to do must be learn by the people. Increase the caring feel with the place where they place. And also Jakarta people must keep clean wherever they are. What I think, Jakarta people must do  cleaning routine in betawi's language its called “ Kerja Bakti “ which mean clean the Jakarta area wherever they leave. The last thing to say, if we want Jakarta became good or the best city to live and visit, we must change ourselve, not break the rule which government make and also be brave to explain what is the good thing to do for the people which break the rule. If we want change now? What will Jakarta be tomorrow

Kepemimpinan A.H. Nasution


Oleh Ava Anisa R. 
1101001060


Jenderal Besar A.H. Nasution adalah seorang pejuang yang idealis, taat beribadah dan mampu memimpin TNI AD dengan baik sehingga TNI tetap mampu mengawal perjalanan kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagai seorang tokoh militer, Nasution sangat dikenal sebagai ahli perang gerilya. Gagasan perang gerilya dituangkan dalam bukunya yang fenomenal, Fundamentals of Guerrilla Warfare. Selain diterjemahkan ke berbagai bahasa asing, karya itu menjadi buku wajib akademi militer di sejumlah negara, termasuk sekolah elite militer dunia, West Point, Amerika Serikat. 

Pak Nas sering disebut konseptor dan ahli strategi, ketika briefing, hanya ditulis dalam sebuah notes kecil, tapi sangat rinci dan sistematis untuk satu tahun, dan juga sudah jelas bagaimana operasinya dan evaluasinya nanti, jika tidak ada lagi briefing-briefing. Selain itu Pak Nas memiliki iman yang kuat sebagai penganut agama Islam, jika mengambil keputusan pun beliau bertanya dulu pada diri sendiri, apakah punya kepentingan pribadi dengan keputusan itu atau tidak. Kalau ada, jangan diambil. Lalu dikerjakan apabila memang berkenan bagi Yang Maha Kuasa. Sehingga, apa yang diputuskan tidak akan bertentangan dengan ajaran Tuhan. Syarat lainnya, jangan pikir dulu dukungan karena dukungan itu bersifat temporer. Pimpinan yang besar sekalipun akan jatuh apabila tidak mempunyai dukungan yang kuat.

Sosok Jenderal Besar ini merupakan seorang pemimpin yang bertanggung jawab, profesional, idealis, perfeksionis, tapi tetap bersahaja dalam kesederhanaannya. Harapan beliau tentunya dapat membawa generasi-generasi penerus menjadi sosok pemimpin yang berwibawa dan pantang menyerah dalam menghadapi setiap persoalan. Beliau ingin selalu menjadi inspirator bagi calon-calon pemimpin negara ini, sehingga dapat membangun negara yang lebih harmonis dan memberi kenyamanan bagi segenap bangsa dan menjadikan Indonesia masih tetap eksis di kancah Internasional hingga saat ini.
le
Proses untuk menjadi seorang pemimpin sungguh sangat berat, tapi disitulah kenikmatan yang dituai Pak Nas bagi anak cucunya. Hingga sekarang orang-orang mengenal Pak Nas sebagai sosok pemimpin yang berwibawa dan bersahaja. Karyanya bagi Indonesia akan selalu menjadi panutan bagi generasi yang tau dan mau menyadari betapa pentingnya seorang pemimpin seperti Jenderal Nasution. 

Seni Kepemimpinan Inisiatif a la Newbie Leader


Tri Ade Feriyanto 
1111001072

Newbie. Yup! Mungkin adalah sebutan yang cukup familiar bagi sang penghuni lama sebuah sistem dalam perangkat lunak komputer. Namun, apakah cukup jelas untuk menggambarkan tentang kedatangan dari seorang yang berniat untuk mencari-tahu atau bahkan sekedar menilai seberapa besar perannya jika berada pada posisi sebagai leader di komplek baru. Newbie Leader, atau pemimpin baru merupakan kiasan spontan ketika tidak ada makna lain yang dapat menggantikan istilah dari betapa jenakanya karakter seseorang dalam memimpin suatu organisasi lama yang pernah ditinggali berbagai macam para member pengutuk sistem koordinasi program kerja tahunan. Betapa kalimat ini tidak bisa diulang untuk mengurangi sarkasme yang sudah terniat dari para member berdarah dingin ini.

Banyak hal diujikan dalam suatu pencapaian untuk mendapatkan promosi jabatan, dan entah kenapa tidak begitu bagi Newbie Leader yang secara misterius dijelaskan pada paragraph di atas—bahwa strategi inisiatif dapat menjadi popular ketika para member tidak mengerti apa yang diperintahkan atau diarahkan oleh Newbie Leader. Apa itu strategi inisiatif? Ya, benar. Layaknya anak kecil yang mulai tumbuh dan berkembang pola pikirnya—mendefinisikan segala masalah atau pun hal baru dengan cara yang amat sangat sederhana. Setidaknya ada label “Bimbingan Orangtua” pada konteks ini. Secara umum anak kecil adalah pribadi yang berani (karena belum mengenal rasa takut, kecuali telah terdoktrin kata “jangan” dari ibunya), dan sangat suka mencampuri urusan anak kecil lain yang sebaya (kadang-kadang). Seperti, pada kasus ini dapat dicontohkan pada lingkungan bermain anak kecil, dimana mereka (anak-anak kecil) dapat melupakan segala permasalahan tanpa harus memikirkan kembali masalah tersebut setelah selesai bermain. Jadi, anak kecil menggunakan inisiatifnya untuk menggerakkan apa yang ia sukai. Tentu saja berhubungan dengan Newbie Leader yang tidak berpengalaman dalam memimpin tetapi memiliki jiwa berani dan suka melakukan apapun yang ia sukai tanpa memikirkan komentar orang lain (para member).

Tidak asing lagi kisah dimana pendatang baru di suatu tempat kerja atau sekolah mendapatkan apresiasi yang cukup mengancam dari para rekan atau teman-temannya. Beberapa diantaranya, disuguhkan dengan berbagai macam pertanyaan yang terdengar tidak perlu ditanyakan karena mengandung unsur tidak sopan yang dapat mengakibatkan krisis mental. Krisis mental dapat memperpuruk kinerja dalam beraktivitas. Akan tetapi, pandangan seperti itu terlihat  terlalu klasik sedangkan teori fenomena sosial dalam teori kontemporer menyatakan bahwa manusia akan lebih mudah terpengaruh jika rasa penasaran tidak lebih besar daripada niat untuk melakukan. Artinya, di dunia modern seperti sekarang ini—akulturasi, asimilasi atau apapun hal yang termasuk dalam perubahan sosial suatu manusia di lingkungan barunya telah membawa individu ini pada proses perubahan sosial. Contoh di atas kemungkinan besar terjadi pada lingkungan dimana para tahanan dikurung di dalam sel yang tidak dikategori-khususkan atas perlakuan kejinya. Misalnya, sang pembunuh berada satu sel dengan sang pemerkosa atau bandar judi.

Proses inisatif terjadi secara mendadak atas dasar Newbie Leader telah terbiasa dengan sikap perilaku menghargai lingkungan. Dimana Newbie Leader ini memiliki karakteristik seorang dalam teori Y pada teori X dan teori Y oleh McGregor. Yaitu, lebih suka bekerja tanpa ada perintah, senang mengerjakan tugas secara santai namun juga disiplin dalam prosedur standar.

Apakah kendalanya menjadi Newbie Leader? Kendati hal ini merupakan proses pembentukan jati diri sebagai leader, maka kendala yang paling utama adalah terus mengupayakan inisiatif sebagai jalan untuk merugikan diri sendiri. Jika leader tidak meng-expose perilaku inisiatifnya kepada para member¬-nya, hal ini akan berdampak pada tidak adanya perubahan dalam lingkungan kerja—yang dimana para member seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa mereka adalah para pengacau sejati. Namun, apakah Newbie Leader adalah seorang pemimpin baru yang menyetujui semua keinginan dari para member-nya? Dengan angka 80, tentu saja tidak bisa. Hal ini akan berdampak pada diskriminasi yang menjauhkan sifat inisiatif dari masing-masing individu tiap member.

Pemimpin baru atau Newbie Leader pada kenyataanya sama seperti leaders biasanya, tetapi memiliki pendekatan yang berbeda. Tergantung kriteria budaya, tempat atau darah barangkali. Pendekatan Newbie Leader lebih tertanam pada aspek moral dari tiap individu—yaitu inisiatif berdasarkan hati nurani dan kebiasaan.

Kenapa inisiatif dijadikan alasan sebagai pendekatan dari Newbie Leader dalam mengorganisir organisasinya? Karena, untuk dapat mengembangkan karir pribadi maka seseorang harus berinisiatif pada dirinya sendiri—yaitu mulai menggerakkan tangan dan kakinya lebih produktif demi kinerja yang maksimal.
Disimpulkan bahwa, seni kepemimpinan inisiatif ala Newbie Leader dapat dengan baik berpengaruh pada situasi yang sebelumnya cukup tidak terkendali. Dimana konsep dari teori perkembangan pola pikir anak kecil menyatakan kalau Keep It Simple itu lebih menguntungkan di suatu penyelesaian masalah dalam organisasi.

Pemimpin Para Pemimpin


Triandi Sunarya
1122002002

Banyak  terjadi masalah – masalah  baik internal maupun eksternal berkecamuk dalam jalan kepemimpinan seorang  leader . Dalam kesempatan kali ini penulis  ingin membahas satu dari masalah - masalah yang dihadapi seorang leader  secara global. Masalah tersebut yakni bagaimana  seorang leader  berusaha mengerti apa yang dibutukan oleh pengikutnya. 

Dalam menjalankan peranya sebagai seorang pemimpin, seorang pemimpin dituntut harus mengetahui  apa yang kaumnya butuhkan.  Namun  itu bukanlah hal yang mudah, seorang leader  haruslah mampu menterjemahkan apa yang kaumnya butuhkan. Ditambah lagi dengan beragamnya pengikut dan beragamnya tingkat  kebutuhan mereka, pemimpin harus  dapat memanage secara tepat apa yang hendak ia  sodorkan pada tiap golongan kaumnya.   Secara ringkas  seorang pemimpin harus mampu mengatur skala prioritasnya sendiri juga skala prioritas bagi kaumnya.

Sebagai seorang pemimpin hal ini tentunya bukan malah dijadikan sebuah halangan namun sebuah tantangan permasalahan yang harus dipecahkan karena dalam berjalanya organisasi dan seiring dengan usaha dalam mencapai tujuan organisasi permasalahan yang dihadapi dalam tubuh organisasidari waktu ke waktu semakin kompleks dan bukan hanya masalah-masalah dalam mencapai tujuan organisasi, namun juga masalah-masalah  lain  antaranya masalah pemenuhan kebutuhan dari tiap-tiap golongan dari pengikut.

Meski dikatakan hal tersebut sulit, bukan berarti hal tersebut tidak dapat dicari jalan keluarnya. Tentunya dalam suatu organisasi terdapat suatu struktur organisasi yang sistematis dimana terdapat bagian  yang bertugas untuk mengamati setiap kebutuhan anggotanya. Melalui bagian tersebut, seorang pemimpin dapat memanage apa yang kaumnya butuhkan. Di saat seorang pemimpin diberi kepercayaan oleh kaumnya untuk memimpin mereka,Pemimpin  dituntut melaksanakan apa yang penulis sebut PDOC( Plan Do Organize Check). jadi setelah pemimpin tahu apa yang kaumnya butuhkan, baik melalui bawahanya atau terjun langsung ke lapangan, seorang pemimpin harus memiliki rencana gambaran kedepanya agar tujuan organisasinya tercapai dan kebutuhan anggotanya pun terpenuhi. Selanjutnya Rencana tersebut Diimplementasikan  lalu diorganisir sedemikian rupa, selanjutnya pemimpin mengecheck baik melalui pendelegasian ke bawahan atau mengecheck langsung bagaimana jalanya rencana tersebut, apakah sudah sesuai target dan apakah kebutuhan-kebutuhan pengikut telah terpenuhi atau belum.

Lalu apakah ini merupakan beban pemimpin seorang untuk memanage kebutuhan kaumnya? Tentunya bukan. Seorang  pemimpin memang terpilih untuk mengatur kaumnya agar visi pemimpin yang disesuaikan dengan harapan kaumnya dapat tercapai juga bertanggung jawab memenuhi kebutuhan kaumnya. Namun bukan berarti itu adalah tanggung jawab pemimpin itu sendiri. Pemimpin memiliki bawahan –bawahan yang dapat dipercaya yang disusun secara sistematis dan memiliki peranya masing-masing. Tidak hanya itu, pengikut  pun dituntut untuk dapat inisiatif, kreatif, inovatif  dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi demi tercapainya tujuan organisasional. Dengan ikut berpartisipasinya pengikut, beban yang diemban pemimpin menjadi lebih  ringan selain itu pengikut terbiasa untuk turut aktif dalam usaha mencapai tujuan organisasional.

Contoh kejadian nyatanya di Indonesia misal, Warga dusun Balaran, Desa Merden dan dusun Kuripan, Desa Karanganyar, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara membutuhkan jembatan untukmengubungkan kedua dusun, yang beda desa.  Sebelumnya warga dusun tersebut telah membangun jembatan darurat diatas sungai Parakan namun hanyut diterjang banjir. Saat ini jembatan yang sederhana telah dibangun dari bambu dengan tiang penyangga pohon kelapa. Beberapa warga turut ikut membantu dalam pembuatan jembatan tersebut, namun beberapa terus menuntut sambil menyalahkan ketidak sanggupan pemerintah untuk memperhatikan kebutuhan rakyatnya.

Kejadian di atas menunjukan bahwa masyarakat / pengikut memang dituntut untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhanya dan bukan hanya menyalahkan pemerintah karena belum mampu menyelesaikan masalah dalam suatu kaum/golongan. Dengan begitu meskipun kita telah dipimpin oleh seorang pemimpin yang sehebat apapun, sebagai pengikut kita harus mampu menjadi pemimpin dari diri kita sendiri. Kita mesti mampu membantu pemimpin dengan seluruh potensi dari diri dan lingkungan kita dalam menghadapai masalah-masalah di sekitar kita, bukan dengan mengharapkan bantuan secara penuh dari pemerintah, bak bayi yang disusui ibunya. Justru dengan dibiasakan sepertu itu masyarakat aan menjadi manja dan tidak siap dalam menghadapi permasalahan yang makin lama semakin kompleks.  Program seperti BLT, walaupun tujuan awalnya adalah membantu warga kurang mampu, penulis rasa adalah program yang menjadikan warga semakin malas, manja dan bergantung pada pertolongan pemerintah

Program-program seperti PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) adalah program yang penulis rasa cocok untuk membantu masyarakat memandirikan diri.  Dengan program ini pemerintah berupaya untuk menggali potensi SDM dan SDA dari suatu daerah agar dapat memenuhi kebutuhanya sendiri . PNPM dapat meringankan beban pemimpin karena dengan semakin mandirinya masyarakat, semakin sedikit pula masalah-masalah yang haru dihadapi pemimpin. Dengan begitu pemimpin hanya harus menghadapi masalah-masalah yang lebih global,bukan lagi masalah dalam lingkup yang sempit. Contoh sukses dari kegiatan PNPM antara lain Desa Tumpaan, Kecamatan Kakas,  Minahasa yang memberdayakan potensi alamnya berupa daerah pesisir pantai dengan menciptakan terumbu karang buatan yang tujuanya dalah untuk kelestarian lingkungan alam laut dan meningkatkan jumlah hasil perikanan karena terumbu karang adalah seperti tempat tinggal bagi makhluk laut terutama ikan. Dengan begitu tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat dan kreatifitas dan kemandirian masyarakat pun terlatih. 

Jadi dengan memimpin diri kita sendiri dan terus berusaha, kita akan bisa mampu memimpin orang lain. Dengan begitu makin bermunculan juga generasi pemimpin muda yang berpotensi menjadi pemimpin  gemilang di masa depan. Ayo rakyat Indonesia terutama  generasi muda! Pimpinlah dirimu sendiri  meski saat ini engkau berada dalam naungan kepemimpinan orang lain! Kelak engkaulah yang menaungi rakyatmu menuju kejayaan!

Hikmah Kepemimpinan pada Perang Khaibar


Abdul Rahman
1122002008

“Swiiw, swiiiw”, suara  anak panah yang diluncurkan pada musuh kaum muslimin saat perang khaibar. Peristiwa itu terjadi pada awal tahun ke-7 Hijrah. Rasulullah bersama kaum muslimin lainnya berperang dengan bangsa yahudi yang merupakan musuh islam kala itu di suatu tempat yang bernama Khaibar.  

Di tempat itu mereka (bangsa Yahudi) mendirikan beberapa benteng yang sangat kokoh. Benteng-benteng itu terletak diatas bukit bercadas yang terjal. Hubungan antara satu benteng dengan benteng yang lain di jalin dengan terowongan tanah yang dibangun dengan sangat rahasia. Bila tidak diamati secara baik pintu untuk menuju ke arah benteng-benteng itu terlalu sulit untuk diketemukan. Air dari mata air yang terdapat disekitar tempat itu dialirkan ke dalam benteng. Nampaklah bahwa kaum Yahudi memang sudah terkenal sebagai arsitek yang ulung dan canggih.

Kelompok-kelompok Yahudi di Khaibar ini merupakan koloni Israil yang terkuat yang paling kaya dan paling besar pula persenjataannya. Kaum muslimin yakin sekali selama Yahudi masih tetap berada disitu, mereka akan tetap menjadi duri dalam daging seluruh jazirah. Pasukan Islam menyerbu dengan kekuatan seribu enam ratus orang dengan seratus kavaleri muslimin. Kaum Yahudi menempatkan barikade pasukan panah dan pelempar batu di atas benteng. Mereka bersembunyi di puncak benteng dan melempari pasukan Islam dengan batu dan menghujaninya dengan anak panah. Sekalipun mereka dikenal sebagai pasukan terlatih yang ditakuti, tapi cara-cara mereka yang bersembunyi, sama sekali tidak mencerminkan pasukan jantan.

Pertarungan terus berlangsung dengan sangat sengitnya. Sampailah pada suatu benteng terberat yang bernama Na’im. Di benteng ini selain dipusatkan kekuatan pasukan Yahudi, cadangan makanan dan persenjataan juga dikumpulkan disini. Begitu beratnya sehingga ummat Islam kehilangan seorang komandannya. Syuhada pertama dijumpai pemimpin Islam dari kalangan anshar. Pemimpin Islam ini meninggal setelah dilempar batu oleh Kinana bin Rabi dari atas benteng.

Hal itu tidak membuat kendor semangat tempur pasukan. Pihak muslimin bahkan memperketat kepungan atas benteng-benteng Khaibar itu dengan lebih gigih lagi. Demikian dengan Yahudi mati-matian mempertahankan dengan keyakinan bahwa kekalahan mereka menghadapi Muhammad berarti suatu penumpasan terakhir terhadap Bani Israil di negeri-negeri Arab. Sampai beberapa hari penumpasan itu tidak berhasil. Rasulullah kemudian menyerahkan bendera perang kepada Abu Bakar supaya memasuki benteng Na’im. Tetapi setelah terjadi pertempuran ia kembali tanpa berhasil menaklukkan benteng itu. Keesokan harinya pagi-pagi Rasulullah menugaskan Umar bin Khaththab. Tetapi beliaupun mengalami nasib yang sama seperti Abu Bakar.

Sekarang Ali bin Abi Thalib dipanggil Rasulullah seraya berkata : “Pegang bendera ini dan bawa sampai Tuhan memberikan kemenangan kepadamu.” Ali berangkat membawa bendera itu. Setelah berada dekat benteng, penghuni benteng itu keluar menghadapinya dan seketika itu juga pertempuran lanjutan terjadi. Dalam perang tanding antara Ali dengan komandan Yahudi, Harith bin Abi Zainab, Ali dapat membunuh dedengkot Yahudi itu. Nyawa Ali hampir melayang ketika perisai yang ada di tangannya pecah kena pukulan pedang Harith. Setelah menggapai pintu benteng dan menjadikannya sebagai tameng, Ali dapat selamat dari tebasan pedang lawan. Padahal pintu itu begitu kokohnya sekalipun puluhan orang pun mengalami kesulitan untuk menggerakkannya.

Suatu hal yang sangat mengharukan, semangat juang kaum muslimin itu tetap berkobar-kobar sekalipun sudah beberapa hari mereka tidak makan. Bahan makanan yang mereka bawa tidak cukup untuk waktu pertempuran yang berlangsung lebih lama.

Apa yang tersirat dari peristiwa tersebut? Bahwa pergantian kepemimpinan mutlak terjadi ketika sebuah permasalahan yang dihadapi memang menghendaki demikian. Bila lawan tangguh sementara kepemimpinan lemah, hanya akan mengorbankan banyak kekuatan. Bila benteng (persoalan) yang dimiliki lawan sangat kuat dan tangguh, pemimpin yang gagal segera digantikan, setelah lebih dahulu diuji untuk mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya.

Leader in The Family


Puteri Murdiharti Kusuma Wardani 
111100107

leader? in everyday life we often hear the word "leader". but do we know what is the significance of the leader? leader is one that we must obey and we follow. other than that a good leader should have a big responsibility and can make decisions firmly and wisely.

basically the nature of a man is to be a leader. I think a leader is like a father / husband in their home life. within a family there are families who have a right and obligation to lead a good life with housekeeping and lead to the right path. other than that a householder waijib provide physical and spiritual sustenance to his family.

husband and wife came from there he began to form a family. where the husband has the right to give it a positive for his wife as being assertive and not abusive. because domestic violence is an act that violates HUMAN RIGHTS and is very inhumane acts.

it is basically a man should respect women, because eventually everyone will definitely married and live together. in this context I consider that a man who became a leader by nature, but woman can also be a leader for his family when it meets certain conditions. and for each of the leaders certainly have an obligation to be waistband. Especially in a family, a husband should be able to protect his family in order to make their family always feel peaceful and prosperous. and also do not forget to always pay attention to every member of his family to make a “sakinah mawadah warahmah” family. General sense of the sentence sakinah, mawadah wa Rahmah is the family which is peace, calm and peaceful in the knitting of love, full of affection, and timeless.

it is not easy for any man to be able to keep his family remained peaceful. the fact that most families do not have peace and harmony. responding to the fact that it should be able to avoid it by way of trying to stay close to the family members although he was very busy  for making a living for the family. The way is to stay approaching to the wife and son / daughter and  also have to be maintained it. Because a man can be practically successful not only because it counts on the wealth but also can be seen through the harmony of their household. therefore in this short article I would like to instruct me to every leader of the household, or any member of the family in order to establish a harmonious relationship in the family because family relationship is a relationships that most affects in our lives and the most necessary for every person in the world.

Great Leader, Siapa ?


Hasan Hasbulah
1111001009


“Kepemimpinan bukan semata-mataposisi formal, namun suatu pilihan berhubungan dengan orang lain dengan cara menggali dan mengungkapkan kelebihan dan potensi mereka secara jelas hingga mereka sendiri menyadarinya.”– Stephen R. Covey

Sudah hakikatnya bahwa setiap manusia dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Pemimpin  yang dapat mengayomi masyarakatnya, pemimpin yang dapat ditiru setiap tindak tanduknya dan pemimin yang dapat diikuti niliai-nilai spiritualnya atau bahkan menjadi pemimpin bagi diri sendiri. Dalam kehidupan sehari–hari, entah disadari atau tidak segala hal dalam kehidupan pasti membutuhkan seorang pemimpin. Pertanyaan adalah, apakah cukup bagi kita untuk menjadi seorang good leader atau kita harus manjadi great leader? Seorang good leader akan berkata bahwa “Tugas saya adalah mengeluarkan batu-batu dari tas ransel para petualang, sehingga mereka bisa berjalan lebih cepat dan lebih jauh” sebagaimana filosofi seorang pemimpin yang biasa kita dengar. Jim Collins, penulis buku fenomenal how to great, dalam bukunya mengatakan dengan jelas bahwa seorang pemimpin harus menjadi seorang great leader bukan sekedar good leader. Pertanyan –pertanyaan lain mulai muncul, apasih great leader itu? apa yang menyebabkan seseorang dikatakan great leader?

Graet leader pastilah seorang pemimpin namun seorang pemimpin belum tentu seorang great leader. Untuk mejadi seorang graet leader memang ada kualitas–kualitas yang harus dipenuhi, great leader harus memiiki karakter yang mandiri dan  integritas tinggi. Mereka bisa menjadi pioner, inovator, dan mereka selalu membangun team work yang kuat sehingga dihormati oleh bawahannya, dan selalu menunjukkan keteladanan bagi siapapun.

Dari sini dapat terlihat bahwa great leader harus memiliki visi yang kuat yang mampu membawa perusahaan  kearah yang seharusnya. Seorang Mediocre Leader berpendapat, “Selama anak buah saya mempunyai  uraian pekerjaan yang jelas (job desc-nyamasing -masing, semuanyaakanberes.” Namun Great leader berpendapat lain, “Dengan adany avisi yang menggugah, anak buah saya akan memberikan upaya terbaik secara sepenuh hati”. Seorang great leader juga dituntut untuk mampu menyampaikan tujuan dari oraganisasi/perusahaan tersebut kepada anggotanya, dengan begitu perusahaan tidak akan ‘tersesat’ dalam mencapai tujuannya karena visi perusahaan telah tertanam dalam diri setiap anggota. Karena Faktanya, berdasarkan survey Franklin covey dan Harris Interactive, ternyata dari 12.182 responden karyawan, 55% mengatakan tidak tahu visi, misi dan  tujuan organisasi mereka. Jika tujuan-tujuan kinerja sudah jelas, great leader harus menjadi sumber bantuan, mendorong anggota timnya agar sukses melakukan tugasnya.

Seorang great leader pasti mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing–masing anggotanya, sehingga great leader akan menciptakan budaya atau kebiasaan yang mampu mendorong anggota timnya mengoptimalkan talenta atau kelebihan yang dimiliki dan memberikan advices untuk melengkapi kekurangan masing - masing. Dengan kata lain great leader dapat memastikan nilai dan potensi yang ada dalam diri orang lain dan memberikan dukungan agar mampu mendorong terjadinya pencapaian luarbiasa. Mengerti kelebihan dan kekurangan anggota sangatlah diperlukan dalam melakukan pembagian pekerjaan (job description). Great leader mampu menempatkan right man in the right place, dengan begitu pekerjaan yang dilakukan akan menjadi lebih efisien dan efektif.

Didalam kepemimpinannyas eorang great leader akan membentuk suatu great team dan akan menghasilkan great results  bagi perusahaan atau organisasi.

Apa itu Kepemimpinan ?


Vidi Febrian P
1122002011

Kepemimpinan, apa itu kepemimpinan? ada sebuah cerita yang mungkin bisa sedikit menggambarkan tentang arti dari kepemimpinan, sebuah contoh kecil yang menunjukan bahwa pentingnya mengetahui apa itu kepemimpinan untuk di terapkan dalam kehidupan sehari hari. 

Beberapa tahun silam, ada sebuah rapat penjualan yang sangat mengesankan. Wakil-presiden pemasaran untuk perusahaan itu tampak sangat gembira. Ia ingin memproyeksikan suatu masalah. Bersamanya hadir sales representative teratas di organisasi, seorang pemuda berpenampilan sangat biasa, yang pada akhir tahun itu mencapai penghasilan tidak kurang dari $60,000. Penghasilan rata-rata representative yang lain $12,000.

Eksekutif itu menantang hadirin. Apa katanya? “saya ingin kalian memperhatikan harry baik-baik. Lihatlah dia! Sekarang, apa yang dimiliki oleh harry dan kalian tidak? Harry berpenghasilan lima kali dari rata-rata karena ia lima kali lebih cerdas? Tidak, menurut pengamatan kepribadiannya. Saya sudah memeriksa. Harry menunjukan kecerdasan rata-rata di departemen ini.”

“Apakah harry bekerja lima kali lebih keras daripada kalian? Tidak-tidak, menurut laporan. Kenyatannya, ia mengurangi waktu lebih banyak dari kebanyakan kalian.” 

“Apakah harry mempunyai wilayah yang lebih baik? Sekali lagi saya harus berkata tidak. Catatan transaksinya menunjukan rata-rata hampir sama. Apakah harry mempunyai pendidikan yang lebih tinggi? Kesehatan yang lebih baik? Sekali lagi, tidak. Harry hanyalah rata-rata seperti orang yang diharapkan dari orang rata-rata lainnya. Perbedaan antara harry dan kalian adalah, “wakil-presiden berkata, “harry berpikir lima kali lebih besar.”

Kemudian, eksekutif itu mulai memperlihatkan bagaimana keberhasilan tidak begitu banyak ditentukan oleh ukuran otak seseorang, tetapi banyak ditentukan oleh ukuran gagasan (pemikiran) orang itu. Ada keajaiban di dalam pemikiran yang besar walau orang terlihat biasa-biasa saja.

Dari cerita tersebut, ada kesimpulan kecil, bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki pemikiran yang besar dan jauh kedepan, tak perlu pintar dan memiliki bakat untuk bisa meraih sukses besar serta mengalami kepuasan besar. Yang perlu hanyalah mengeluarkan hal spektakuler yang sebenarnya bisa dilakukan pikiran dan jiwa ketika kita mulai berpikir dan berjiwa besar.

What Makes a Good Leader


Ikram Alifkhan
1122002010

A good leader aren’t born, they’re made.  We all are a leader, before we lead other people, we must lead ourself,  of course! we became the leader of ourself. People often ask, what is a leader ?, what is a leadership ?, who is a leader ?

It’s so simple to understand what is leader and leadership.  What is a leader ?, leader is coach, leader is a mentor, leader is a communicator, leader is a Champion!. Leader is someone who can manage themselves and the people that follow them, in order to achieve some goal. 

At the most basic level, a leader is someone who leads other. A good leader is a person who has a vision, a drive and a commitment to achieve that vision, and the skills to make it happen.  Leaders see a problem that needs to be fixed or a goal that needs to be achieved. It may be something that no one else sees or simply something that no one else wants to tackle. Whatever it is, it is the focus of the leader's attention and they attack it with a single-minded determination. A good leader takes the lead. A good leader has personality, courage, clear vision with ambition to succeed. A good leader encourages the team to perform to their optimum all the time and drives organisational success.

Then, what is a leadership ? Leadership is a Goal setter, Leadership is a motivator, leadership is a team player not individual, and last but not least, Leader is an Achiever. Leadership is empowering others, leadership is not just authority its influence, Leadership is described in so many ways, the point is leadership is a capability of some people to lead themselves and the other people.

So, Who is a leader ? a leader is someone with a powerful personality, a leader is a self confident person, a leader is a charismatic individual, an integrated human. We all have the potential to become a leader, it is our opportunity, our responsibility, and make it a commitment to unleash the LEADER in us! And how we do that ? 

First, challenge our limiting beliefs, then start to change our emotional state, make a decision from now on, and take massive action. Learn, practice, grow, unleash our potential to become a leader!  There is no better time… than now, so start now! And soon we’ll have a good leader, it’s YOU!

Leadership yang Baik


Panji Pahlevie
1111001046


Jika kita berbicara tentang leader, yang ada di mind set kita adalah sosok seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinananya. Seorang laeder memiliki gaya dan cara masing masing dalam memimpin anggotanya, sehingga dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan itu adalah berasal dari naluri seorang leader dengan karakternya masing masing. Dengan karakter yang dimiliki disertai dengan gaya danapa yang ada didalam dirinya harus menjadi panutan bagi anggotanya, karrna seorang leader haruslah biasa mempengaruhi anggotanya sehingga dapat dikatakan bahwa seorang leader yang baik adalah seorang yang memiliki karisma dan wibawa terhadap sekelilingnya.

Salah satu tokoh leader yang karismatik adalah Soekarno. Beliau adalah mantan presiden Indonesia yang kehebatannya dalam mempengaruhi orang lain telah diakui oleh dunia. Entah melalui pidato yang ia sampaikan ataupun dengan interaksi sosialnya dalam kehidupan sehari hari. Dengan demikian bias dibilang soekarno adalah salah seorang leader yang karismatik dan dapat mempengaruhi anggotanya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Seorang leader yang baik juga harus dapat memposisikan anggotanya agar berada ditempat yang sesuai dengan kemampuan dan skill nya masing masing. Dengan beradanya anggota ditempat yang sesuai dengan skill yang dimilikinya, maka anggota teresebutdapat bekerja optimal dalam organisasi tersebut. Organisasi pun dapat berjalan sesuai job desk masing masing, tinggal seorang leader yang harus menjembatani masing masing divisi tersebut agar dapat bekerja sama dengan baik dan agar para anggotanya memiliki sense of belonging terhadap proker dan organisasi tersebut. Jika itu semua berhasil, maka dapat dikatakan seorang leader tersebut adalah seorang leader yang super.

Karakter Leader

Yasinta
1111001099

Apakah kamu berpikir bahwa seorang Leader itu terlahir sebagai Leader ataukah dibentuk untuk menjadi Leader? Menurut saya, Leader adalah orang-orang yang dibentuk atau membentuk dirinya sendiri untuk menjadi seorang Leader. Setiap orang terlahir untuk menjadi Leader. Tapi tidak semua orang adalah Good Leader.

Seorang Leader haruslah memiliki mental yang kuat, mental seorang Leader. Mental seorang Leader yang saya maksudkan disini ialah ketika seorang Leader memiliki suatu visi dan misi serta dia meyakini bahwa visi dan misinya itu dapat merubah apa yang dia pimpin menjadi lebih baik, dia haruslah memegang teguh visi dan misi tersebut hingga akhir. Karena, akan ada orang – orang yang memperdebatkan ataupun menentang visi dan misi tersebut. Seorang Leader tak perlu takut akan perdebatan tersebut. Buktikanlah bahwa visi dan misi yang ia yakini itu benar dangan melakukan tindakan, bukan hanya sekedar kata – kata.

Seorang Leader juga haruslah bersikap objektif. Leader boleh saja memiliki mental yang kuat, tetapi jika visi dan misi yang ia yakini itu salah atau ada kesalahan didalamnya (setelah melihat lingkungan, menganalisa pendapat orang lain ataupun setelah pengaplikasian visi dan misi tersebut) maka Leader harus segera memperbaiki visi dan misinya tersebut.

Leader yang baik meskipun memiliki mental yang kuat, tetapi bukanlah orang yang keras kepala atau egois. Leader sejati bukanlah seseorang yang hanya bersifat “Telling” atau hanya dapat memerintah dan menyuruh anggotanya untuk mencapai goal yang telah ditentukan, tetapi juga haruslah bersifat “Join” jika ada pendapat yang lebih baik daripada pendapat Leader tersebut. Join juga bisa berarti seorang Leader turut serta merasakan apa yang dikerjakan oleh anggota atau bawahannya. Dengan demikian, bawahan atau anggotanya tersebut merasa mendapatkan simpati dan termotivasi untuk bekerja lebih baik.    

Apa itu Pemimpin dan Kepemimpinan ?


M Reza Pradana
1112002003

Pertama saya akan menjelaskan tentang arti dari “Pemimpin” terlebih dahulu. Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.

Istilah pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama "pimpin". Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".

Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan.

Pemimpin jika dialihbahasakan ke bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota sekitarnya. Sedangkan makna LEAD adalah :
1. Loyality: seorang pemimpin harus bisa membangkitkan loyalitas kerjanya.
2. Advice: memeberikan nasihat dan saran terhadap masalah yang ada
3. Discipline: memerikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam setiap kegiatan.

Selanjutnya saya akan menjelaskan pengertian tentang “Kepemimpinan”. Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu 

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku Aeseorang atau sekelompok orang untuk meneapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utatna seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang posetif dalam usaha mencapai tujuan.

The Leader


Yabedi Pedrish
1122002006

The leader is the person who is believed to manage some things that have been entrusted to him. With all his capabilities he believes that people who choose him, they will follow rules have defined although it takes time.

Some people say that  leadership is there because of training, that is when once they grow up, and after they pass through a variety of experiences, but is not so ” When humans were born, they had already been given leadership ability. As they grew up we could see it in their behavior. For example when a 4 years old boy watched TV displaying a foot ball match. There was a captain who could be an inspirator to maka a goal and motivate his friends in the field. The boy saw it, then he told to his family and friends that he wanted to be like the captain he saw in TV. From his statement, we could analize that leadership ability had already been owned since their were in childhood without waiting them to be adult. So, leadership ability develop along with age/maturity because of experiences they had

Every leader has a different character in carrying out his duties. With all these differences are those who succeed and those that fail to develop the tasks assigned to him. Two types of leaders that we can make an example :

1. autocratic leader is a leader who prefers make their own decisions than democration. His leadership could include the following  :
Have the absolute authority
Formulate ideas without help request to subordinate
Demonstrate one-way communication
Less of socialization to subordinate
assume organization is own
His core he is more concerned with the success of the organization but did not pay attention to his subordinates. behavior as it will not work this time to success because by relying on their own ability to develop the task will not be done well.

2. Democratic leader is a leader who prefer make their decisions based on democratic. Democratic leaders appreciate a lot of opinions for showing the creativity of each of his subordinates. His leadership could include 
Glad to accept the opinion of any member
Make decisions based on democratic
Prioritize cooperation in completing goals
More socializing with subordinates so knowing the grievances of subordinates, to motivate the members over zealous in carrying out its duties
Communication ongoing reciprocal
The responsibilities together

Overall the present democratic leadership is a widely used, because in achieving the ultimate goal jointly bear responsibility. Kreative ideas will emerge from each member because leader giving freedom of speech. To be a good leader should be :

1) A leader must be fair and honest.
2) Democratic and partisipan .make the decisions based on democratic. not easily give up and always participate in every decision that has been established
3) Insightful and hard work,it mean have accuracy, intelligence , he worked hard to find a solution that quickly and appropriately to resolve the problem.
4) open to the subordinate adn sosialis, With a sense of family, that is the leader understands his subordinates to not only impose its own opinion ,so his followers be eager to work.

if I am elected to be a leader in a group consist of few people, then I was faced with a choice in which some of my friends want one removed from the group because we are not serious, then I will motivate them by saying "if you want a goal you achieved with good, then you must cooperate, if you together, emerging solutions will also be various kinds, because each person has a different idea. "

Leadership


Sonny Santoso Wibowo
1122002013

Leadership adalah kemampuan, yang berarti seorang pemimpin memiliki kapasitas untuk melakukan sesuatu melalui bakat dan keterampilan. Bakat adalah kemampuan alami dan keterampilan yang diperoleh melalui kemampuan pelatihan dan pengalaman. Bakat pasti membantu, tetapi tidak diperlukan. Banyak juga orang yang kemampuan kepemimpinannya mendekati nol tetapi melalui pelatihan, pengalaman, dan sebagian besar dari semua, ketekunan, menjadi pemimpin besar.

Leadership bersifat adaptif, yang berarti bahwa pemimpin membuat penyesuaian. Seorang pemimpin yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan wilayah akan kehilangan arah mereka. Hanya orang bodoh rela mengikuti seseorang yang kehilangan arah.

Leadership bertindak atas pengaturan, berarti pemimpin menyesuaikan keadaan lingkungan dan orang-orang. Seorang pemimpin dengan hati-hati mengamati tokoh-tokoh penting yang berada di satu negara dan mencari cara untuk beradaptasi dengan peraturan yang paling efektif.

Leadership bekerja pada perasaan orang, yang berarti seorang pemimpin menemukan cara untuk menghubungkan ke insting orang atau intuisi. Pemimpin membantu setiap orang merasa diberdayakan. Jika seorang pemimpin juga dapat memberikan bukti konkret yang membantu, indah pemberdayaan. Tetapi bukti biasanya datang setelah tindakan kepemimpinan menghasilkan hasil yang diinginkan.

Leadership menciptakan kontribusi yang berarti setiap anggota memberikan sesuatu. Kadang-kadang berbagi ide. Dan kadang-kadang yang mungkin memegang ide-ide dalam cadangan dan memungkinkan orang lain untuk sampai pada ide yang sama.

Leadership adalah tentang pemecahan masalah, yang berarti menutup kesenjangan antara hal-hal yang diinginkan, dan hal seperti yang dirasakan. Semua orang mencari solusi untuk masalah perantara sambil mengingat masalah utama.

Leadership menumbuhkan kreativitas, yang berarti penggunaan imajinatif dengan sumber daya yang terbatas. Seorang pemimpin yang memungkinkan orang untuk menggunakan imajinasi mereka adalah langkah lebih dekat untuk memecahkan masalah lebih cepat, lebih baik dan lebih murah.

Leadership seringkali dikaitkan pada satu individu. Lebih mudah untuk membagi kisah sukses dengan cara tersebut. Orang-orang dengan kisah-kisah sederhana yang mengandung sebab dan akibat bahkan ketika mereka salah.

Kisah yang lebih kompleks memperkuat bahwa setiap orang dalam tim bisa menjadi pemimpin. Tim yang paling sukses menciptakan reaksi rantai kepemimpinan. Adaptasi memicu rantai panjang adaptasi lanjut yang pada akhirnya memecahkan masalah yang tampaknya mustahil.