Oleh : Naziih A.M (1111001036)
Baru saja aku tersenyum karena sebuah cerita lucu blog teman kuliah, aku terhenyak menyaksikan berita tentang kerusuhan yang terjadi pada KBRI di Jeddah yang dilakukan oleh para pahlawan devisa Indonesia, TKI. Lebih terhenyak lagi melihat berita di salah satu media online yang menyampaikan tanggapan dan himbauan SBY tentang kenaikan BBM. Seketika rasa keingintahuan sebagai seorang mahasiswa menghinggapi pikiran ini.
Kenapa beliau tidak menyampaikan juga kesedihan dan keprihatinan terhadap masalah TKI di luar negeri saat itu, atau setidaknya tentang monorail Jakarta yang tak kunjung turun bantuan dari pemerintah pusat? Kenapa beliau tidak membahas tentang densus 88 yang kini mendapat sorotan tajam dari ulama dan banyak kalangan akan tindakan preventif berlebihannya yang menyebabkan mereka bisa membunuh terduga teroris sebelum diperiksa? Kenapa beliau tidak membahas tentang jatuhnya pesawat merpati yang (lagi-lagi) terjadi? Kenapa beliau tidak membahas banyaknya BUMN yang tetap merugi selama bertahun-tahun? Kenapa beliau tidak membahas alasan sembilan bahan pokok(sembako) negara kaya ini diimpor dari luar dan apa solusinya ke depan menghadapi semua ini? Kenapa beliau tidak membahas keprihatinannya atas sepak bola negara kita yang lagi-lagi terpuruk melawan belanda? Apakah beliau hanya peduli dengan topik yang mengancam kekuasaannya? Ataukah ia memang tidak tahu/peduli? Berbagai tanya dan keraguan menghinggapi pikiran saya ketika terfikir ini semua..
Namun semua kembali berlalu dengan sebuah kalimat di bibir teman yang kutanya tentang hal ini,” Beliau adalah presiden ketika terdesak, bukan ketika tenang. Bijaksana dan peduli pada hal yang membahayakannya, bukan pada hal yang dibutuhkan rakyatnya. Sudahlah, kita ini warga negara Indonesia, berharap pada pemimpin kita adalah jawaban bodoh. Maka mari kita belajar saja dan berkarya di luar negeri. Bila perlu mari berlomba untuk mengganti kewarganegaraan kita pada kepala negara yang peduli dengan rakyatnya. Di sana, tak perlu kita risau dengan hal-hal menyedihkan ini.” Aku tersenyum kelu. Aku adalah mahasiswa biasa yang setia pada agama dan negaranya. Aku seorang Indonesia yang percaya pada potensi besar negara kaya yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pemimpin dan rakyatnya. Takkan sudi diriku jika harus mengganti kewarganegaraan. Aku tahu sampai saat inipun aku masih belum layak disebut sebagai orang Indonesia melihat kontribusiku pada negara yang belum ada sama sekali. Namun aku percaya akan masa depan cerah bangsa ini. Aku percaya pada prediksi para ekonom yang menyatakan 2025 indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi kuat ke-7. Aku percaya masa itu akan tiba.
Bagiku saat itu akan tiba ketika Indonesia dipimpin oleh seorang pemimpin yang tepat. Kebetulan salah satu impianku adalah membantu dan memperbaiki pemerintahan di indonesia. Baik di luar pemerintahan sebagai warga sipil atau dari dalam sebagai orang pemerintahan. Tentunya saat itu aku sudah menjadi orang yang mapan secara finansial. Sehingga tak ada lagi alasan yang mampu membuat orientasi investasi pemerintahan untuk jangka panjang seperti perbaikan teknologi industi BUMN maupun kenaikan teknologi di bidang pertanian dan perikanan terhambat. Tentu saat itu presiden Indonesia adalah presiden yang mampu memetakan sektor strategis untuk pertanian, perikanan, dll. Tentu juga presiden saat itu adalah presiden yang berani melakukan investasi yang cukup besar di riset negara. Ia mampu melakukan fungsi Planning-Organizing-Actuating-Controlling dng baik di negara ini. Sehingga negara ini mampu berdiri tegak di hadapan berbagai negara maju lainnya.
Harapanku bagi pemimpin Indonesia selanjutnya mungkin sederhana. Sesederhana hubungannya dengan tuhannya yang baik sehingga mampu menjadi contoh dan panutan bagi warga negaranya. Sesederhana kedekatannya dengan warga negara yang membutuhkannya di daerah-daerah bermasalah. Sesederhana aktifnya ia memberi ceramah pada mahasiswa di kampus-kampus besar Indonesia minimal 3 bulan sekali. Sesederhana orientasi dan visinya yang jelas dan detail mau dibawa kemana negara indonesia yang belum pernah dipimpin pemimpin negara yang jelas selama ini. Sesederhana pemimpin yang mengawal langsung pemberantasan korupsi tanpa kompromi, tanpa adanya penolakan pada rencana panitia angket pajak dan kasus-kasus lainnya. sesederhana presiden yang mengerti kebutuhan rakyatnya di masa sekarang dan mempersiapkan investasi bagi generasi masa depannya. Sesederhana penyampaian aktifnya atas perasaan dan tindakannya menanggap[i berbagai kejadian yang terjadi di negaranya. Sesederhana presiden yang berusaha mencapai tujuan negara yang tercantum pada pembukaan UUD 1945. Sesederhana itu saja. Karena hal sederhana ini saja sudah mampu membuatku tenang dan bahagia.
Sederhana..tapi bermakna...
No comments:
Post a Comment